PERTANIAN BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE AGRICULTURE)
Konservasi Tanah & Air
Gb. 1 Embung |
Tumpang Sari |
PROSES PERBAIKAN EKOSISTEM MERAPI Mulanya pohon-pohon dan tumbuhan lain yang sudah mati akan diurai/mengalami pelapukan. Proses penguraian atau pelapukan ini dibantu oleh komponen heterotrof, seperti jamur dan bakteri. Selain tumbuhan, batuan padat yang berasal dari kawah merapi juga akan diurai oleh jamur dan arthropoda tanah menjadi butiran-butiran kecil. Dalam proses penguraian ini lumut kerak juga berperan dengan menghasilkan asam yang membantu dalam proses pelapukan. Proses penguraian dan pelapukan ini akan menambah kandungan mineral dalam tanah. Selain berasal dari pelapukan dan penguraian, kandungan mineral di dalam tanah juga berasal dari guguran mineral yang berasal dari letusan merapi. Hal ini menyebabkan tanah di daerah tersebut menjadi sangat subur. Dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi, tanaman lantai hutan (rumput-rumputan) mulai tumbuh dan berkembang biak dengan cepat. Biji tumbuhan yang tidak ikut terbakar saat terjadinya suksesi yang diakibatkan oleh meletusnya Gunung Merapi juga mulai tumbuh dan berkembangbiak menjadi semak-semak perdu (tajuk bawah) yang merupakan cikal bakal terbentunya tajuk atas dan tajuk tengah. Siklus Nitrogen, Posfor, Sulfur, Oksigen dan Karbon juga berperan dalam pertumbuhan tanaman-tanaman tersebut. Karena tumbuhan mulai tumbuh subur, maka ini dapat menjadi sumber makanan bagi hewan-hewan. Maka hewan-hewan pun mulai berdatangan dan berkembangbiak di wilayah tersebut, seperti ular, kancil, semut, ulat, lalat, burung, dll. Dengan demikian proses interaksi antara komponen biotik dan abiotik secara perlahan-lahan akan terbentuk kembali.
KELAINAN-KELAINAN KROMOSOM Kelainan kromosom dapat dibedakan menjadi 2, yaitu perubahan struktur kromosom dan perubahan jumlah kromosom. Perubahan struktur kromosom secara umum dapat disebabkan oleh 4 hal, yaitu delesi, duplikasi, inversi, dan translokasi. Delesi atau defisiensi merupakan peristiwa hilangnya sebagian kromosom karena kromosom tersebut patah. Potongan kromosom yang tidak memiliki sentromer akan tertinggal dalam anafase dan hancur dalam plasma. Kromosom dapat patah di satu tempat dekat ujung kromosom sehingga bagian ujung kromosom terbuang (delesi terminal) atau dapat terjadi kepatahan di dua tempat , dan mengakibatkan hilangnya suatu segmen di bagian tengah kromosom (delesi interkalar). Jika delesi terjadi terlalu banyak, kehilangan gen biasanya mengakibatkan kematian dalam kandungan (maupun segera, setelah lahir), namun dalam beberapa kasus, bayi masih dapat hidup cukup lama, tetapi dengan kelainan-kelainan fenotip. Delesi kromosom dapat disebabkan oleh pemanasan, radiasi, virus atau bahan kimia. Kelainan-kelainan yang disebabkan oleh delesi pada kromosom adalah: a) cry du chat "Cri du chat" dalam bahasa Prancis berarti "teriakan kucing", dan kondisi itu dinamakan demikian karena membuat bayi yang terkena menangis bernada tinggi yang terdengar seperti suara seekor kucing. Tangisan ini terdengar segera setelah bayi lahir dan berlangsung selama beberapa minggu, kemudian menghilang. Sindroma ini ditemukan pada 1 diantara 20.000 dan 1 diantara 50.000 bayi. Sindroma Cri Du Chat (Sindroma Tangisan Kucing, Sindroma 5p) disebabkan oleh penghapusan bagian dari lengan pendek kromosom 5. Penyebab terjadinya penghapusan ini tidak diketahui, tetapi pada sebagian besar kasus, diperkirakan penyebabnya adalah hilangnya 1 keping kromosom 5 pada saat pembentukan sel telur atau sperma. Kasus lainnya terjadi karena salah satu orang tua membawa kromosom 5 yang telah mengalami translokasi (penyusunan ulang Individu). Ciri-ciri: b) Wolf-Hirschhorn syndrome Kelainan ini disebabkan oleh penghapusan parsial dari lengan pendek kromosom 4. Individu yang mengalami kelainan Wolf-Hirschhorn syndrome memiliki ciri-ciri terhambatnya pertumbuhan, keterbelakangan mental yang mendalam, dan fitur wajah yang khas dengan luas hidung datar dan dahi yang tinggi. c) Jacobsen syndrome Sindrom Jacobsen, juga dikenal sebagai gangguan penghapusan terminal kromosom 11q. Hal ini dapat menyebabkan cacat intelektual, penampilan wajah yang khas, dan berbagai masalah fisik termasuk cacat jantung. Sindrom ini pertama kali diidentifikasi oleh dokter Denmark Petra Jacobsen, dan diyakini terjadi pada sekitar 1 dari setiap 100.000 kelahiran. Sindrom ini merupakan gangguan yang sangat langka. Duplikasi ialah peristiwa bahwa suatu bagian kromosom mempunyai gen berulang, akibat pertambahan panjang suatu lengan kromosom. Adisi ditulis dengan tanda + (18q+). Adisi dapat terjadi karena pertambahan materi yang sudah ada (berupa pengulangan). Peristiwa duplikasi dapat ditemukan pada lalat buah Drosophila melanogaster . Lalat normal bermata bulat, lalat mutan bermata sempit ('Bar') hasil dari duplikasi pada kromosom-X. Kelainan ini jarang ditemukan.. Pada inversi, kromosom mempunyai urutan gen yang terbalik karena terjadinya perputaran kromosom 180 r yang membentuk loop, keludian loop tersebut putus dan bertaut kembali. Biasanya kelainan ini tifak menyebabkan perubahan fenotip. Inversi dapat dikategorikan menjadi Inversi Parasentrik bila sentromer diluar loop ketika inversi terbatas pada satulengan kromosom saja dan Inversi perisentrik bila sentromer di dalam loop. Ada 2 macam, yaitu : Translokasi terjadi ketika sebagian segmen kromosom berpindah ke kromosom lain. Beberapamacam translokasi seperti translokasi G/G yaitu translokasi antara kromosom 22/21, atau translokasi D/G yaitu translokasi antara kromosom 14 atau 15 dengan kromosom 21. Dua per tigakasus translokasi diakibatkan fusi sentrik kromosom akrosentrik. Kariotipe kedua orangtua normal.Translokasi ini disebut translokasi Robertsonian. Bisa pula terjadi translokasi yang menimbulkanpertukatan 2 segmen kromosom timbal balik yang disebut translokasi resiprok. Secara umum perubahan jumlah kromosom ada 2, yaitu euploid dan aneuploid. Euploidi ialah suatu keadaan dimana jumlah kromosom yang dimiliki oleh sesuatu makhluk merupakan kelipatan dari kromosom dasarnya (kromosom haploidnya). Individunya disebut bersifat euploid. Banyak dijumpai pada tumbuhan, pada hewan dan manusia jarang karena menyebabkan kematian. Salah satu contoh: semangka tanpa biji. Tipe Euploid Jumlah Genom (n) Komplemen Kromosom (ABC merupakan 1 genom) Monoploid Satu (n) A B C Diploid Dua (2n) AA BB CC Triploid Tiga (3n) AAA BBB CCC Tetraploid Empat (4n) AAAA BBBB CCCC Pentaploid Lima (5n) AAAAA BBBBB CCCCC Heksaploid Enam (6n) AAAAAA BBBBBB CCCCCC Septaploid Tujuh (7n) AAAAAAA BBBBBBB CCCCCCC dll Ialah suatu keadaan dimana suatu organisme kekurangan atau kelebihan kromosom tertentu. Individu disebut bersifat aneuploid. Biasanya disebabkan karena nondisjunction Tipe Formula Komplemen Kromosom Dengan (ABC) Sebagai Set Haploid Kromosom Disomi (normal) 2n (ABC) (ABC) Aneuploid: 2n-1 (ABC) (AB) Monosomi Nullisomi 2n-2 (AB) (AB) Polisomi (ada tambahan kromosom) 2n+1 (ABC) (ABC) (C) Trisomi Dobel Trisomi 2n+1+1 (ABC) (ABC) (B)(C) Tetrasomi 2n+2 (ABC) (ABC) (C) (C) Pentasomi 2n+3 (ABC) (ABC) (C) (C) (C) a) Sindroma Down (trisomi-21) Trisoma 21 atau yang disebut sindroma Down adalah kelainan kromosom yang paling sering terjadi dengan frekuensi 1 dari 700 bayi lahir dan bahkan lebih sering terjadi pada ibu yang hamil pada usia (>35 tahun). Pada penderita sindroma Down terdapat tiga untai kromosom 21. Jumlah kromosom 21 yang berlebih ini mengakibatkan gejala-gejala seperti retardasi mental, kelainan jantung bawaan, berat badan bayi yang kurang normal, pendengaran dan penglihatan berkurang, otot-otot melemah (hipotonia) dan kecenderungan menderita kanker sel daerah putih (leukemia). Ciri-ciri: Formula kromosom : b) Sindroma Trisomi-18 (Sindroma Edward's) Trisomi 18 atau sindroma Edward disebabkan oleh adanya 3 untai kromosom 18 pada tiap sel penderita. Berlebihnya jumlah kromosom 18 ini jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 1500 bayi yang lahir dan gejalanya adalah retardasi mental berat, gangguan pertumbuhan, ukuran kepala dan pinggul yang kecil, dan kelainan pada tangan dan kaki. Ciri-ciri : Hanya dijumpai pada anak2, pada dewasa tidak pernah karena mengakibatkan kematian c) Sindroma Turner Sindrom Turner (disebut juga sindrom Ullrich-Turner, sindrom Bonnevie-Ullrich, sindrom XO, atau monosomi X) adalah suatu kelainan genetik pada wanita karena kehilangan satu kromosom X. Ciri-ciri: Wanita dengan sindrom Turner akan memiliki kelenjar kelamin (gonad) yang tidak berfungsi dengan baik dan dilahirkan tanpa ovari atau uterus. Apabila seorang wanita tidak memiliki ovari maka hormon estrogen tidak diproduksi dan wanita tersebut menjadi infertil. Namun, apabila seorang penderita sindrom Turner memiliki sel normal (XX) dan sel cacat (sindrom Turner/XO) di dalam tubuhnya, maka ada kemungkinan wanita tersebut fertil. Wanita dengan keadaan demikian disebutmosaikisme (mosaicism). Penderita sindrom Turner memiliki beberapa cenderung ciri fisik tertentu seperti bertubuh pendek, kehilangan lipatan kulit di sekitar leher, pembengkakan pada tangan dan kaki, wajah menyerupai anak kecil, dan dada berukuran kecil. Beberapa penyakit cenderung menyerang penderita sindrom ini, di antaranya adalah penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal dan tiroid, kelainan rangka tulang seperti skoliosis dan osteoporosis, obesitas, serta gangguan pendengaran dan penglihatan. Pada bayi tampak kecil, kaki dan tangan bengkak karena edema limfe, pterygium colli (kelebihan kulit leher), batas rambut belakang rendah, pada dewasa bentuk badan pendek, dan amenorrhea karena ovarium yang sangat kecil. Formula kromosom 45,XO d) Sindroma Klinefelter Penderita pria dengan ciri seperti wanita : Formula kromosom : 47,XXY e) Pria XYY Ciri karakteristik : Daftar Pustaka http://medicastore.com/penyakit/921/Sindroma_Cri_Du_Chat.html http://ghr.nlm.nih.gov/condition/wolf-hirschhorn-syndrome http://en.wikipedia.org/wiki/Jacobsen_syndrome
Wanita normal memiliki kromosom seks XX dengan jumlah total kromosom sebanyak 46, namun pada penderita sindrom Turner hanya memiliki kromosom seks XO dan total kromosom 45. Hal ini terjadi karena satu] kromosom hilang saat nondisjungsi atau selama gametogenesis (pembentukan gamet) atau pun pada tahap awal pembelahan zigot.
Sebagian besar penderita sindrom ini tidak memiliki keterbelakangan intelektual, namun dibandingkan wanita normal, penderita memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menderita keterbelakangan intelektual Sebagian penderita sindrom Turner memiliki kesulitan dalam menghafal, mempelajari matematika, serta kemampuan visual pemahaman ruangnya rendah. Perbedaan fisik dengan wanita normal juga membuat penderita sindrom Turner cenderung sulit untuk bersosialisasi.